Baca Juga: Tangguhkan 44 Jadwal Penerbangan ke China, Amerika Serikat Dikecam
Sejarah Panjang Rabeg
Tak banyak yang tahu, masakan ini memiliki sejarah panjang. Lewat buku ,Jejak Kuliner Arab di Pulau Jawa’, dua penulis Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Gagas Ulung dan Deerona, menyebut rabeg di buku yang diterbitkan 2014 itu.
Menurut mereka, rabeg sendiri tak akan pernah hadir di Banten jika Sultan Maulana Hasanuddin tak berkelana ke tanah Arab untuk menunaikan ibadah haji.
Sultan Maulana adalah putra sulung dari Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Dia merupakan penguasa Kesultanan Banten bergelar Pangeran Sabakinking yang memerintah antara 1552 hingga 1570.
Setelah berlayar selama beberapa waktu dari Banten menuju Arab Saudi, ia dan rombongan tiba di pelabuhan Rabigh, sebuah kota kuno di tepi Laut Merah yang sebelumnya bernama Al Juhfah di wilayah Jedah.
Pada awal abad ke-17, sebuah tsunami besar menghancurkan kota tersebut. Namun beberapa waktu setelah kejadian itu, Al Juhfah dibangun kembali dan justru menjelma menjadi sebuah kota yang sangat indah.
Sultan Maulana Hasanuddin begitu mengagumi keindahan Rabigh dan kerap menghabiskan waktu berkeliling kota.
Saat menikmati suasana kota, Sultan Maulana Hasanuddin sempat mencicipi satu masakan berbahan dasar olahan daging kambing dan menyukai kuliner tersebut.