Muncul Nama Capres versi ‘Survey’, Mahfudz Siddiq Sebut Adanya Potensi Politik Identitas di Pemilu 2024

- 22 Januari 2022, 06:30 WIB
Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfudz Siddiq./
Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfudz Siddiq./ /doc. Antara Foto

 

WNC - JAKARTA- Jelang Pemilu/Pilpres, sejumlah lembaga survey mulai memunculkan sosok-sosok yang diperkirakan memiliki kans kuat tampil di panggung politik 2024.

Fenomena ini mendpat sorotan Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfudz Siddiq.

Dilansir WNC dari Antara, Mahfudz mengungkapkan kemungkinan politik identitas muncul dalam Pemilu atau Pilpres 2024.

Kata dia, kemunculan politik identitas itu, antara lain bisa datang dari tokoh-tokoh politik yang rekam jejaknya menunjukkan keterkaitan dengan politik identitas.

Baca Juga: Istri Minta Ijin Nikah Lagi, Menjadi Penyebab Suami Kesal dan Nekat Menghabisi Nyawa Korban

“Kita sama-sama tahu, sekaang saja sudah muncul nama-nama tokoh dalam survei-survei calon presiden, termasuk yang dilakukan SMRC," kata Mahfudz dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Pandemi dan Siklus Politik Indonesia Jelang 2024 ", di Jakarta, Jumat, 21 Januari 2022.

Mahfudz pun menyinggung situasi 'pandemi' yang menyertai agenda politik di tanah air.  Dia mengingatkan semua pihak mengantisipasi munculnya kembali politik identitas yang menciptakan pembelahan atau polarisasi dahsyat di masyarakat.

“Padahal, pembelahan sebagai dampak dari Pemilu 2019 saja belum sepenuhnya hilang,” kata Mahfudz.

Baca Juga: Penyelundupan Jutaan Rokok Ilegal Senilai Rp 6,6 Miliar Digagalkan Bea Cukai Aceh

Dia melontarkan ide pengunduran jadwal pemilu 2024, sebagaimana disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Menurut Mahfudz, bila Pemilu 2024 diundur dua atau tiga tahun, hal itu akan memberikan peluang pada kelompok-kelompok yang mengusung politik identitas untuk melakukan mobilisasi.

"Itu akan membuat pembelahan masyarakat semakin dahsyat, serta kohesi sosial terganggu," ujarnya dalam siaran persnya.

Baca Juga: Kandas di Babak Ketiga Australian Open, Naomi Osaka Kubur Impian Bertemu Ashleigh Barty

Dalam kesempatan yang sama, Pemerhati Politik dan Isu-isu Strategis Prof Imron Cotan menyatakan politik identitas selalu tumbuh apabila situasi krisis, seperti yang diakibatkan pandemi COVID-19 muncul dan berkelanjutan.

Berdasarkan kajian ilmu politik, krisis berkelanjutan memang mengundang munculnya politik identitas.

Dicontohkan berdasarkan rujukan para pakar, adalah kemunculan Presiden Fonald Trump di Amerika serta Presiden Jair Bolsonaro di Brasil.

“Keduanya muncul berbasiskan politik identitas, akibat krisis yang melanda negeri mereka masing-masing. Hal itu yang kita tidak inginkan terjadi di Indonesia," ujar Imron.

Baca Juga: Rencana Tour '2020 MONSTA X NO LIMIT US TOUR' di AS Akhir Januari Ditunda terkait Omicron Covid-19

Oleh karena itu, kata dia, agar mencegah politik identitas maupun polarisasi muncul di tengah masyarakat, situasi pandemi ini harus ditangani dengan baik.

Sejauh ini, tambahnya, penanganan pandemi oleh negara sudah cukup baik, bahkan urutan kelima terbaik di dunia.

"Bila penanganan pandemi ini baik, ekonomi membaik, potensi kemunculan politik identitas dan dikotomi masyarakat juga bisa dicegah. Dan, Indonesia bisa melaksanakan pemilu 2024 dengan baik juga," ujar Imron.***

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: ANTARA


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah