Cara memasaknya bisa dikukus, direbus, digoreng, atau dipanggang. Pangsit bisa dimakan dengan mi panjang yang lazim dimaknai sebagai berkah usia panjang.
Lumpia juga masuk menu wajib Imlek. Dalam tradisi klasik, sebelum menyantap lumpia, sang tetua di meja makan akan mengucapkan kata-kata hwung-jin wan-lyang, artinya satu ton emas.
Ucapan ini berasosiasi dengan gulungan lumpia yang ketika digoreng menyala kuning bak emas batangan. Menyantap lumpia Imlek adalah harapan untuk meraih kekayaan.
Tak ada Imlek tanpa kue keranjang. Disebut niángāo dalam bahasa Mandarin, secara fonetik bisa berasosiasi dengan kata bertambah tahun tambah tinggi alias meraih kemajuan.
Dalam pandangan klasik masyarakat Tionghoa, semakin mapan seseorang maka kehidupan sosial dan pribadinya akan semakin baik.
Kue moci atau tāngyuán jangan sampai absen di meja Imlek. Bunyi fonem dan bentuknya yang bulat itu berasosiasi langsung kepada kekerabatan, nilai keluarga, kerukunan, dan kebersamaan.
Buah sebagai bagian menu prosesi makan malam Imlek bukan sembarang buah. Keluarga Tionghoa akan menyajikan tiga jenis buah, jeruk keprok, jeruk kuning, dan jeruk pamelo (jeruk Bali). Kuning jeruk adalah warna emas, simbol kesentosaan dan kekayaan.
Jeruk keprok dan jeruk bulat (tangerine) dalam bahasa Mandarin disebut chéng, yang secara fonetik berasosiasi pada keberuntungan dan daya tarik ketika berbicara atau menulis.