Rabeg, Masakan Khas Cilegon Kesukaan Sultan Banten yang Berasal dari Kota Rabigh Arab Saudi

- 25 Januari 2022, 16:53 WIB
Rabeg, Masakan Kesukaan Sultan Banten yang Berasal dari Kota Rabigh Arab Saudi/
Rabeg, Masakan Kesukaan Sultan Banten yang Berasal dari Kota Rabigh Arab Saudi/ /indonesia.go.id

WNC - Sepintas, masakan ini mirip tengkleng (jawa), namun aromanya yang kuat lebih seperti hidangan khas Timur Tengah.

Masakan ini dikenal masyarakat Banten sebagai ‘Rabeg’ dan mudah dijumpai di kedai-kedai makan di Kota Serang dan Cilegon. 

Dilansir WNC dari situs indonesia.go.id, masakan satu ini hanya bisa ditemui di Provinsi Banten. Berbahan dasar daging atau jeroan kambing, diperkaya rempah seperti biji pala, lada, kayu manis, jahe, dan lengkuas.

Cita rasanya semakin sedap dengan bumbu utama bawang merah, bawang putih, cabai, gula merah, atau kecap manis.

Baca Juga: Diduga Lakukan Pelecehan, James Snyder Dipecat dari Broadway Harry Potter and the Cursed Child

Jika tidak suka daging kambing, bisa diganti dengan daging sapi meski tak sedikit masyarakat di Serang yang mencampurkan kedua jenis daging itu.

Sebelum diolah, daging dipotong kecil-kecil dan direbus agar bagian lemak terangkat dan daging menjadi lebih empuk.  Berikutnya ditiriskan, lalu dimasukkan ke tumisan bumbu rempah yang sudah dihaluskan.

Jangan lupa tuangkan sedikit air kaldu rebusannya ke dalam tumisan dan biarkan hingga air rebusan mengental, menyatu dengan potongan-potongan daging.

Supaya bau prengus khas daging kambing hilang, kita bisa menambahkan daun salam dan bunga lawang ke dalam masakan untuk menimbulkan sensasi harum.

 Baca Juga: Tangguhkan 44 Jadwal Penerbangan ke China, Amerika Serikat Dikecam

Sejarah Panjang Rabeg

Tak banyak yang tahu, masakan ini memiliki sejarah panjang. Lewat buku ,Jejak Kuliner Arab di Pulau Jawa’, dua penulis Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Gagas Ulung dan Deerona, menyebut rabeg  di buku yang diterbitkan 2014 itu.

Menurut mereka, rabeg sendiri tak akan pernah hadir di Banten jika Sultan Maulana Hasanuddin tak berkelana ke tanah Arab untuk menunaikan ibadah haji.

Sultan Maulana adalah putra sulung dari Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Dia merupakan penguasa Kesultanan Banten bergelar Pangeran Sabakinking yang memerintah antara 1552 hingga 1570.

Setelah berlayar selama beberapa waktu dari Banten menuju Arab Saudi, ia dan rombongan tiba di pelabuhan Rabigh, sebuah kota kuno di tepi Laut Merah yang sebelumnya bernama Al Juhfah di wilayah Jedah.

Baca Juga: 18 Orang Meninggal Dunia Terpanggang di Tempat Hiburan Malam, Buntut Bentrok Dua Kelompok Warga di Sorong

Pada awal abad ke-17, sebuah tsunami besar menghancurkan kota tersebut. Namun beberapa waktu setelah kejadian itu, Al Juhfah dibangun kembali dan justru menjelma menjadi sebuah kota yang sangat indah.

Sultan Maulana Hasanuddin begitu mengagumi keindahan Rabigh dan kerap menghabiskan waktu berkeliling kota.

Saat menikmati suasana kota, Sultan Maulana Hasanuddin sempat mencicipi satu masakan berbahan dasar olahan daging kambing dan menyukai kuliner tersebut.

Agar kerinduan akan Rabigh terobati, ia pun meminta juru masak istana membuatkan masakan seperti yang dia cicipi di Rabigh. Meski tidak sama persis, masakan karya juru masaknya tetap disukai Sultan.

Baca Juga: Tetap Eksis di Masa Pandemi Covid-19, Kerajinan Patung di Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tembus Pasar Eropa

Sejak saat itu kuliner ala Rabigh itu menjadi hidangan wajib di Istana Kesultanan Banten. Masakan itu pun dinamai rabigh dan seiring berjalannya waktu resep rabigh pun menyebar hingga ke seluruh Banten.

Masyarakat ikut menyukai masakan favorit sultan mereka dan kata rabigh pun berubah menjadi rabeg sampai hari ini.***

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah