Salah satunya dalam pesta pernikahan puteri-puteri Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan saat menjamu Prabowo Subianto dalam kunjungannya di tahun 2014.
Di lingkungan masyarakat pun gudeg manggar dahulu hanya disajikan dalam acara-acara tertentu saja, semisal pernikahan dan Lebaran.
Pada perkembangannya kemudian, gudeg manggar juga berkembang di luar tembok keraton namun penjajanya sangat sedikit dan hanya terbatas di wilayah Bantul.
Hal ini karena bunga kelapa atau manggar yang menjadi bahan utamanya tidak sebanyak buah nangka muda.
Bunga kelapa berbentuk seperti padi, ada bagian batang atau tangkai, dan bagian yang mirip biji-bijian.
Semuanya diolah menjadi gudeg manggar tetapi hanya bunga kelapa yang masih muda.
Sampai sekarang tidak banyak yang menjajakannya, tetapi penikmatnya tersebar hingga ke Jakarta.
Bahkan ada yang memesannya langsung dari Bantul karena tidak semua rumah makan gudeg di Jakarta menyediakannya.
Sejarah panjang Gudeg Manggar ada berbagai versi tetapi terkait nama yang sama, yaitu Ki Ageng Mangir.