Melihat Hobbit, Situs Purbakala Manusia Kerdil dari Pulau Flores Nusa Tenggara Timur, di Gua Liang Bua

- 4 Februari 2022, 14:51 WIB
Gua Liang Bua berlokasi di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores merupakan salah satu situs arkeologi penting dunia./
Gua Liang Bua berlokasi di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores merupakan salah satu situs arkeologi penting dunia./ /instagram @visitlabuhanbajoflores

WONOGIRI NEWS CAFE - Keindahan Nusa Tenggara Timur (NTT), memang tidak diragukan lagi. Potensi pariwisata NTT digadang-gadang menjadi “The Next Bali”. Banyak yang menjuluki NTT ‘Surga Indonesia’ atau “Seperti Dunia Lain di Nusantara” .

Tak heran bila majalah Focus dari Jerman menyebutkan bahwa Nusa Tenggara Timur sebagai pulau terindah di dunia.

Provinsi ini menyimpan banyak keajaiban termasuk destinasi wisata yang eksotis di Pulau Timor serta bukit berwarna Khalebamadja di Sabu Raijua.

Salah satu pulau yang menyimpan banyak keindahan NTT adalah Pulau Flores. Banyak hal menarik yang akan kita temukan dari pulau yang satu ini, begitu juga dengan Oleh-oleh khas nya seperti kopi Flores dan kain Tenun yang sudah dikenal masyarakat luas.

Baca Juga: Pembangunan Ibukota Baru Rawan Korupsi, Mantan Penasehat KPK Gugat UU IKN ke Mahkamah Konstitusi

Selain itu, Pulau Flores terdapat situs purbakala yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi wisatawan, yakni Gua Liang Bua.

Dilansir WNC dari situs indonesia.go.id, Gua Liang Bua berlokasi di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores merupakan salah satu situs arkeologi penting dunia.

Tentu ini sangat menarik! Di gua inilah ditemukan fosil Homo Floresiensis. Yang membuatnya unik adalah, banyak penelitian menunjukkan manusia purba yang ditemukan berukuran kecil atau kerdil.

Pada 2001 ditemukan fosil manusia yang memiliki tinggi 100 cm dengan berat diperkirakan hanya 25 kg. Informasi tersebut merupakan hasil penelitian kerjasama antara University of New England, Australia dengan Arkeolog Nasional.

Baca Juga: Banyak Pegawai Terpapar Covid-19, Kejati DKI Umumkan Lockdown dan Penghentian Layanan Publik

Manusia purba yang ada di gua ini memang mencuri perhatian dunia arkeologi karena dari berat dan tingginya mirip Hobbit.

Temuan fosil ini membuat nama Gua Liang Bua menjadi dikenal seluruh dunia. Nama Liang Bua sendiri diambil dari bahasa Manggarai berarti gua atau lubang sejuk. Gua ini adalah gua karst yang terbentuk karena proses cuaca.

Gua ini menjadi tempat tinggal bagi manusia Homo Floresiensis atau Hobbit dari Flores, ini terlihat dengan ditemukan potongan rangka, rahang bawah, perkakas bekas Homo Erectus, serta sisa-sisa tulang Stegodon (gajah purba) kerdil, biawak raksasa, serta tikus besar.

Hampir semua lapisan yang mengandung temuan tersebut berusia antara 95.000-12.000 tahun silam. Tidak mengherankan arkeolog dari Belanda, Inggris, dan Indonesia menjadikan gua ini sebagai tempat penggalian dan penelitian sejak 1930-an.

Baca Juga: Pemkot Semarang Tegaskan Kebakaran Pasar Johar Relokasi Tidak Terkait Penataan

Bila dari geologi, gua ini bentukan endokars yang berkembang pada batu gamping. Bentukan endokars itu berselingan dengan batu gamping pasiran. Batuan gamping itu diperkirakan berasal dari periode Miosen tengah atau sekitar 15 juta tahun yang lampau.

Gua memiliki ukuran tinggi atap bagian dalam 25 meter, lebar 40 meter, dan panjang 50 meter. Lokasinya berada sekitar 200 meter dari pertemuan Sungai Wae Rancang dan Wae Mulu.

Dari dua sungai inilah temuan batuan artefak dan arteak batu, seperti rijang, kalsedon dan tufa kersikan. Hasil uji laboratorium sampel sediman di pojok selatan Gua Liang Bua terbentuk 190.000 tahun silam.

Gua ini terbentuk dari bebatuan yang terbawa arus sungai hingga terbentuk gundukan bukit. Dari dalam gua juga dapat dilihat stalaktit yang menawan menjuntai di langit-langit gua.

Baca Juga: Satu Nyawa Melayang dalam Tawuran di Bekasi, Enam Pelaku Pengeroyokan Diringkus, Beberapa Masih Buron

Pemandangan ini dapat dinikmati dengan mudah karena gua ini dijadikan tempat wisata dan tempat penelitian kelas internasional.

Bila ingin pergi ke lokasi ini, pengunjung bisa melalui Kota Kupang, NTT, lalu dilanjutkan naik pesawat dengan waktu tempuh 90 menit menuju Kota Ende, Pulau Flores.

Perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng menggunakan angkutan umum, seperti minibus selama 4 jam. Setiba di Ruteng, kita dapat melanjutkan kembali menuju Rampasasa dengan jarak 13 kilometer dengan menggunakan angkutan umum.

Jalan menuju ke lokasi bisa dikatakan sempit dan hanya muat satu mobil. Selain itu, jalurnya juga ekstrem karena banyak belokan dan bukit-bukit. Namun, kesulitan itu akan terbayar dengan pemandangan cantik Gua Liang Bua.

Baca Juga: Pelaku Percobaan Pemerkosaan di Tangerang Diringkus, Mengaku Nafsu Melihat Korban Tertidur

Disarankan untuk mengunjungi gua unik ini, lebih baik berjalan kaki bila memang sudah tiba di dekat lokasi. Saat menapaki gua, kita seakan diajak masuk ke lingkungan manusia purba, membayangkan kehidupan mereka berpuluh ribu tahun silam.

Kita bisa melihat gua besar dengan batu stalagmit, mebayangkan gajah purba, komodo, dan manusia pendek (Homo floresiensis) pernah tinggal. Dekat Liang Bua, ada gua-gua lain seperti Gua Galang dan Gua Tanah.***

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah