WONOGIRI NEWS CAFE - Bangunan bergaya art deco tempo dulu beratap setinggi tujuh meter dari permukaan tanah itu terihat cantik artistk dengan aksen plester semen kasar bercampur kerikil.
Akses utama menuju bangunan seluas 500 meter persegi, dihubungkan lima anak tangga selebar 6 meter, plus jalur khusus disabilitas, lengkap besi pegangan stainless. Tepat di bagian atas bangunan besar tadi terdapat tulisan ukuran jumbo "ST PULAU AIE".
Itulah Stasiun Pulau Air, terletak di antara permukiman penduduk kawasan Kota Lama Padang di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan.
Masyarakat setempat mengenalnya sebagai Stasiun Puluaie, salah satu stasiun kereta api tertua di Sumatra Barat.
Baca Juga: Mengenal Kanguru Papua, Salah Satu Hewan Endemi di Taman Nasionl Wasur Kabupaten Merauke
Dilansir WNC dari situs indonesia.go.id, bangunan ini dulu sangat menyedihkan karena sejak 1977 tidak dipakai lagi lantaran PT KAI berhenti beroperasi.
Bangunan itu pun selama puluhan tahun menjadi rumah bagi tunawisma serta tempat penitipan barang warga setempat.
Dalam buku Sejarah Perkeretaapian, Stasiun Pulau Air bagian jaringan kereta api pertama di Pulau Sumatra, dibangun tahun 1891 oleh Sumatra Staatspoorwegen, jawatan kereta api pemerintahan Hindia Belanda.
Jalur kereta api ini bermula dari Stasiun Pulau Air ke Padangpanjang sepanjang 70 km, hingga Kota Bukittinggi sejauh 90 km. Jalur ini resmi dipakai pada 1 Oktober 1892 bersamaan dengan dioperasikannya Pelabuhan Emmahaven, yang sekarang dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur.