Terlebih dengan aturan bahwa yang menjadi penerus adalah putra dari permaisuri. Hal itu jelas menutup peluang Paundra untuk menduduki tahta Mangkunegaran.
Meski merupakan putra tertua dari mendiang Mangkunegoro IX, namun Paundra bukanlah putra dari permaisuri.
Baca Juga: Sisi Lain di Balik Indahnya Kedung Pasiraman di Kawasan Hutan Kahyangan Kabupaten Wonogiri
Dia lahir sebelum sang ayah naik tahta, dan kebetulan juga saat itu ayah dan ibunya bercerai. Sehingga kemudian Mangkunegoro IX menikah lagi dengan GKP Prisca Marina Yogi Supardi, yang lantas diangkat sebagai permaisuri.
Reaksi keras dari Paundra terkait penunjukkan ini tertuang dalam komentarnya di akun instagram sebuah media pemberitaan di Kota Solo, yang mengangkat tema sosok Bhre Cakrahutomo, sebagai pewaris tahta Mangkunegaran.
Di situ Paundra melalui akun @gphpaundrakarna1 mengungkapkan semua kekesalannya terkait keputusan ini.
Bahkan dia juga menyebut sosok Bhre sebagai boneka dari sang ibu yang disebutnya mengalami post power syndrome.
"Karena Bhre adalah Boneka Ibunya dan juga Settingan Ibunya yang berambisi ingin berkuasa terus mba',Ibunya Bhre itu Post Power Syndrome, gila harta, gila hormat, gila kuasa, gila sembah dan lupa diri/ngga' sadar diri, Dia Bangsawan palsu, Sejarah asal-usul keluarganya tidak ada Bukti-Bukti/Fiktif,, Ibunya Bhre ngaku-ngaku trah dari Kraton HB Yogyakarta dan juga tidak ada Bukti-Bukti, Saya tidak bisa mendukung Bhre karena Bhre dimanfaatkan oleh Ibunya dan Bhre dipengaruhi/ dikendalikan oleh Ibunya dan membuat saya makin membenci dan marah pada Ibunya Bhre karena Ibunya adalah pembuat ulah, perusak tatanan Mangkunegaran, trouble maker, disaster dan jelas-jelas bukanlah Ratu yang seharusnya dan bukan pula Pribadi yang baik, Tugas dia sebagai Ibu Tiri untuk saya dan adik saya saja sudah gagal Total," tulis Paundra.
Tak cuma menyinggung ibu tirinya, Paundra juga menyebut sosok yang disebutnya dengan nama 'Mo Lik', yang menuju pada sosok Wedhana Satrio, Lilik Priarso.