Baca Juga: Ngeri! Lebih dari 100 Ribu Ton Limbah Medis Selama Pandemi Mengancam Kesehatan Manusia
Dari tempat perebusan, ikan dikeringkan di terik matahari, kemudian dibelah menjadi dua bagian untuk membuang bagian tulangnya.
Langkah berikutnya dijemur kembali agar kandungan air keluar dari tubuh ikan. Proses seperti ini dilakukan sekitar tiga hari dalam kondisi terik matahari.
Hasilnya, membuat bobot ikan bisa berkurang hingga 70 persen dari berat ketika baru ditangkap. Tetapi jangan khawatir, cita rasa asli dari ikan tongkol yang gurih dan berlemak tetap dapat dirasakan.
Ikan kayu ini diyakini mampu bertahan hingga dua tahun untuk bisa dijadikan bahan utama keumamah karena sudah direbus dalam air garam dan melalui proses pengeringan yang lama.
Untuk dimasak keumamah, umumnya masyarakat Aceh memakai teknik ditumis kering basah. Bahan ikan kayu tadi diiris tipis-tipis kemudian direndam air panas beberapa menit sebelum dimasak dengan bumbu dicampur rempah.
Bumbu dasar keumamah cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, ketumbar, jahe, batang serai, dan air secukupnya. Bahan lainnya asam sunti, belimbing wuluh yang sudah dikeringkan kemudian diasinkan.
Di balik nikmatnya menyantap menu masakan ikan olahan tersebut tersimpan perjalanan sejarah panjang. Yakni, sengitnya perjuangan para tokoh Aceh melawan penjajah di masa lalu.
Para pejuang harus bergerilya di hutan-hutan dalam waktu lama, sehingga logistik perang harus selalu ada, termasuk makanan.