Stasiun Pulau Air, Persinggahan Terakhir Kereta Api Tertua di Sumatera Barat yang Menolak Tua

- 1 Februari 2022, 15:52 WIB
Stasiun Pulau Air di Padang, Sumatera Barat pasca dihidupkan lagi. Insert; kondisi sebelum dibangun./
Stasiun Pulau Air di Padang, Sumatera Barat pasca dihidupkan lagi. Insert; kondisi sebelum dibangun./ /Instagram @infopadang

WONOGIRI NEWS CAFE - Bangunan bergaya art deco tempo dulu beratap setinggi tujuh meter dari permukaan tanah itu terihat cantik artistk dengan aksen plester semen kasar bercampur kerikil.

Akses utama menuju bangunan seluas 500 meter persegi, dihubungkan lima anak tangga selebar 6 meter, plus jalur khusus disabilitas, lengkap besi pegangan stainless. Tepat di bagian atas bangunan besar tadi terdapat tulisan ukuran jumbo "ST PULAU AIE".

Itulah Stasiun Pulau Air, terletak di antara permukiman  penduduk kawasan Kota Lama Padang di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan.  

Masyarakat setempat mengenalnya sebagai Stasiun Puluaie, salah satu stasiun kereta api tertua di Sumatra Barat.

Baca Juga: Mengenal Kanguru Papua, Salah Satu Hewan Endemi di Taman Nasionl Wasur Kabupaten Merauke

Dilansir WNC dari situs indonesia.go.id, bangunan ini dulu sangat menyedihkan karena sejak 1977 tidak dipakai lagi lantaran PT KAI berhenti beroperasi. 

Bangunan itu pun selama puluhan tahun menjadi rumah bagi tunawisma serta tempat penitipan barang warga setempat.

Dalam buku Sejarah Perkeretaapian, Stasiun Pulau Air bagian jaringan kereta api pertama di Pulau Sumatra, dibangun tahun 1891 oleh Sumatra Staatspoorwegen, jawatan kereta api pemerintahan Hindia Belanda.

Jalur kereta api ini bermula dari Stasiun Pulau Air ke Padangpanjang sepanjang 70 km, hingga Kota Bukittinggi sejauh 90 km. Jalur ini resmi dipakai pada 1 Oktober 1892 bersamaan dengan dioperasikannya Pelabuhan Emmahaven, yang sekarang dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur.

 Baca Juga: Tujuh Drama China ini Bisa anda Tonton untuk Menemani Liburan di Rumah saat Tahun Baru Imlek

DIAKTIFKAN KEMBALI

Kehadiran Bandar Udara Internasional Minangkabau dengan fasilitas kereta bandaranya, Minangkabau Ekspress, menjadi momentum bangkitnya moda transportasi di Kota Padang.

Itu pula yang mendasari dihidupkannya lagi stasiun-stasiun tua seperti Simpang Haru, Duku, dan Stasiun Pulau Air.

Pekerjaan reaktivasi Stasiun Pulau Air mulai berjalan pada Juni 2019 oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Wilayah Sumatra Bagian Barat.

Semula, rencana menghidupkan Stasiun Pulau Airi pada 2008, namun batal akibat gempa bumi di Sumbar pada 2009 yang meluluhlantakkan Kota Padang.  

Baca Juga: Tujuh Hidangan Wajib di Tahun Baru Imlek ini Bermakna Sukses, Kejayaan, Kebahagiaan, dan Umur Panjang

Butuh dana Rp 40 Miliar untuk menghidupkan lagi stasiun ini berikut jaringan rel menuju Stasiun Padang yang merupakan stasiun utama Minangkabau Ekspress.

Bukanlah perkara mudah. Pasalnya, sejak berhenti operasi 44 tahun silam, praktis lahan dikuasai warga karena dianggap tanah tak bertuan. Setidaknya terdapat 238 bangunan berdiri di atas lintasan kereta mati, antara Stasiun Pulau Air dan Stasiun Padang.

Menurut Kepala Humas PT KAI Divisi Regional II Sumbar Ujang Rusen Permana, Stasiun Pulau Air tak hanya mendukung pelayanan transportasi kereta bandara.

Stasiun itu juga menjadi akses tercepat menuju kawasan Kota Lama dan Kampung Cina, obyek wisata heritage Kota Padang. Selain itu, Stasiun Pulau Air juga tak jauh dari Pantai Padang dan Pelabuhan Muaro, hanya berjarak sekitar 1 km.***

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah