WNC, Jakarta - Anak-anak disebut rentan dijadikan target untuk direkrut oleh kelompok teroris.
Penyebabnya karena anak-anak adalah sosok yang masih berusaha mencari jati diri dan emosinya belum stabil.
Tak hanya itu, anak-anak juga dianggap sebagai strategi jitu, karena tidak dicurigai oleh aparat keamanan.
Baca Juga: Lima Pelaku Pembegalan Anggota Brimob Diringkus, Rata-rata masih Remaja
Hal ini dikatakan oleh Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Elvi Hendrani dalam siaran persnya, Rabu (16/2/2022).
Elvi menyebut saat ini terjadi perubahan pola rekrutmen pelaku terorisme yang semula hanya menyasar pada orang dewasa, kini juga menyasar pada anak-anak.
"Fenomena permasalahan sosial yang banyak dihadapi berbagai negara, termasuk di Indonesia, adalah anak menjadi korban tindak pidana terorisme, hingga dijadikan kader oleh para teroris. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergeseran terhadap pola rekrutmen pelaku terorisme yang tadinya hanya orang dewasa kini juga menyasar anak-anak," ujarnya.
Elvi menuturkan terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang masuk dalam kategori bencana kemanusiaan karena memberikan dampak luar biasa secara fisik maupun psiki,s yakni memberikan trauma kepada yang mengalaminya, khususnya kepada anak.