Tewasnya Mahasiswa UNS, Pihak Kampus Sebut Tidak Ada lebam pada Jenazah tapi Polisi Temukan Bekas Penganiayaan

27 Oktober 2021, 08:42 WIB
Ahmad Yunus (kanan) dan Sutanto memberikan keterangan pers terkait tewasnya mahasiswa di Solo, Selasa (26/10/2021). /Aris Wasita/


 

 

WNC-SOLO – Kasus tewasnya Gilang Endy Saputra (23), mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) saat mengikuti Diklatsar Menwa masuk tahap penyidikan Polri. Pihak UNS sendiri menyebut tidak ada lebam pada jenazah korban.

Wakil Rektor UNS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Ahmad Yunus di Solo, mengaku sempat melihat jenazah mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sekolah Vokasi UNS tersebut.

"Sebelum jenazah diautopsi saya lihat mata ditutup seperti deplokan daun lembut. Tidak tahu memar atau tidak. Secara fisik saya tidak bisa melihat darah karena dari RS sudah dibersihkan. Mulai dada sampai perut tidak ada tanda-tanda merah atau hitam," katanya, dikutip WNC dari Kantor Berita Antara, Selasa (26/10/2021).

Meski demikian, pihaknya menunggu hasil autopsi kepolisian untuk memastikan penyebab meninggal mahasiswa asal Karanganyar tersebut.

Baca Juga: Kasus Menwa UNS, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan

Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes M Iqbal Alqudusy mengungkapkan, Polisi menemukan tanda-tanda kekerasan pada bagian tubuh Gilang Endi (23).

Dalam siaran pers di Semarang melalui Antaranews.com, Selasa, Iqbal mengatakan, temuan tersebut didasarkan hasil autopsi terhadap korban yang dilakukan langsung oleh Kabiddokkes Kombes Pol.Summy Hastry.

Menurut dia, tanda kekerasan tersebut berupa bekas pukulan di bagian kepala. Beberapa pukulan di bagian kepala itu, lanjut dia, diduga sebagai penyebab kematian.

"Hasil resmi autopsi akan disampaikan dalam waktu dekat ini," katanya.

Baca Juga: Mahasiswa UNS Tewas Saat Ikuti Diklat Menwa, Pihak Kampus dan Keluarga Menyerahkan ke Polisi

Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Sutanto menyampaikan kronologis meninggalnya Gilang berdasarkan keterangan dari panitia Diklatsar Menwa.

"Yang kami ketahui dari pihak panitia, benar kegiatan dimulai 23 Oktober 2021. Akan tetapi, mulai acara penyambutan pada pukul 06.00 sampai 23.00 WIB berlangsung di sekitar kampus," katanya.

Itu dilakukan di Markas Menwa dilanjutkan kegiatan di Gedung Olahraga (GOR), di musala Fakultas Teknik, kemudian jembatan danau. Pada hari itu, Gilang (korban tewas) mengatakan kakinya mengalami kram sehingga harus ada pendamping.

Baca Juga: Dipecat, Mantan Kapolsek Parimo Ajukan Banding dalam Sidang Kode Etik Polri

"Bakda subuh, mulai senam senjata, apel pagi, hingga melakukan kegiatan di luar kampus, tepatnya di Jembatan Jurug. Ada kegiatan meluncur dari atas ke bawah (repling), almarhum ikut kegiatan dan dia balik ke kampus," tutur Sutanto.

Pada saat itu, korban mengeluhkan sakit punggung hingga mendapatkan perawatan dengan alat kompres. Selanjutnya, yang bersangkutan tidak sadar dan mengigau.

“Pada pukul 21.00 WIB panitia inisiatif membawa ke rumah sakit. Namun pada pukul 22.05 WIB dalam perjalanan mobil ke rumah sakit, dia sudah tidak bernapas. Sampai RS Moewardi meninggal. Ini kronologis yang kami tahu," katanya. (ewa/***)

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler