“Dari temuan yang ada, kita bisa tahu betapa majunya peradaban Islam pada masa itu. Penyelamatan situs ini sangat penting, terutama untuk edukasi masyarakat,” ujar Direktur PT Media Literasi Nesia, Abu Bakar Bamuzaham.
Direktur Sultanate Institute, Tori Nuariza mengungkapkan, selama ini pihaknya berupaya membantu riset Situs Bongal dengan menelusuri catatan penjelajah muslim dalam kitab-kitab Islam klasik. Menurutnya, cukup banyak catatan penjelajah muslim yang menyinggung pelayaran ke Samudera Hindia lengkap dengan nama kawasan serta komoditas unggulannya.
“Kami berkomitmen menyuguhkan berbagai referensi Islam klasik yang diperlukan dalam penelitian Situs Bongal. Misalnya sejumlah catatan ilmuwan muslim tentang Kota Fanshur dan Komoditas Kafur, ini cukup banyak kami temukan dalam kitab-kitab Islam klasik,” ujar Tori.
Baca Juga: Lima Pelaku Pembegalan Anggota Brimob Diringkus, Rata-rata masih Remaja
Kepala Riset dan Publikasi Ilmiah Sultanate Institute M. Faizurrahman menuturkan riset dan ekskavasi kali ini memiliki tiga tujuan.
Pertama, melakukan pemetaan kawasan Bongal sesuai dengan konteks laporan para pelaut muslim yang tercatat dalam kitab-kitab Islam klasik seperti Ajaib Al-Hindi, Hudud Al-’Alam Min Al-Masyriq ila Al-Maghrib, Muruj Adz-Dzahab dan lain-lain.
Kedua, meneliti artefak-artefak aromatika yang ditemukan di situs ini. Hal ini dilakukan sebab pada kurun abad 7 hingga abad 13 masehi komoditas yang menjadi primadona dunia dari kawasan ini adalah kafur.
“Selain itu tujuan dari ekskavasi gabungan ini juga dalam rangka mencocokkan relevansi catatan-catatan Arab tentang Fansur dengan kondisi geografis dan temuan-temuan di situs ini, Situs Bongal,” ujar Izur, Senin (14/2/2022).