Telusuri Sejarah Masuknya Islam pada Abad 7 Masehi, Ekskavasi Situs Bongal di Tapanuli Tengah Dilanjutkan

16 Februari 2022, 19:44 WIB
Tenaga lokal melakukan penggalian pada titik ekskavasi 6 di Situs Bongal Desa Jago, Kabupaten Tapanuli Tengah, Rabu (15/2/2022) /Arief Setiyanto//dok: Sultanate Institute/

WNC – TAPANULI TENGAH – Sultanate Institute dan BRIN Kantor Arkeologi Sumatera Utara melanjutkan riset dan ekskavasi Situs Bongal, kawasan cagar budaya di Desa Jago Jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah.

Kepala Riset dan Publikasi Sultanate Institute, M. Faizurrahman mengatakan,  Situs Bongal merupakan pelabuhan bahkan “entreport” pelayaran internasional pada abad 7-10 Masehi.

Kesimpulan tersebut diperkuat aneka ragam temuan termasuk dari masyarakat, pada ekskavasi tahun 2021 lalu.

Diantaranya fragmen kayu kapal lengkap tali ijuk pengikatnya, koin emas era Umayyah dan Abbasiyah, keramik Dinasti Tang, tembikar berglasir dari Nisaphur, botol-botol kaca Islam, Wadah kalam (alat tulis), peralatan medis, sisir tenun, dan sejumlah temuan lainnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Sentil Video Bupati Karanganyar terkait Ajakannya untuk Abaikan Covid-19 Varian Omicron

“Situs ini dinamakan Situs Bongal karena berada di kawasan Bukit Bongal Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah,” kata M. Faizurrahman melalui pers rilis yang dikirim kepada WNC, Rabu, 16 Februari 2022.

Situs tersebut membuktikan masuknya Islam pada abad 1 Hijriyah atau abad 7 Masehi, sehingga situs ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan termasuk penyusunan historiografi Islam di Indonesia.

Ekskavasi lanjutan di Situs Bongal dimulai 14-28 Februari, melibatkan para peneliti Sultanate Institute, Kurator Museum Abad 1 Hijriyah, Mapesa, para peneliti Arkeologi BRIN dan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Arkeometri, serta peneliti kehutanan dari BPSI Kuok KLHK.

Kegiatan tersebut terselenggara berkat dukungan PT. Media Literasi Nesia serta Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Baca Juga: Presiden AS Joe Biden Kontrol Persenjataan Baru NATO, Siap Bendung Invasi Rusia ke Ukraina dan Belarusia

“Dari temuan yang ada, kita bisa tahu betapa majunya peradaban Islam pada masa itu. Penyelamatan situs ini sangat penting, terutama untuk edukasi masyarakat,” ujar Direktur PT Media Literasi Nesia, Abu Bakar Bamuzaham. 

Direktur Sultanate Institute, Tori Nuariza mengungkapkan, selama ini pihaknya berupaya membantu riset Situs Bongal dengan menelusuri catatan penjelajah muslim dalam kitab-kitab Islam klasik.  Menurutnya, cukup banyak catatan penjelajah muslim yang menyinggung pelayaran ke Samudera Hindia lengkap dengan nama kawasan serta komoditas unggulannya.

“Kami berkomitmen menyuguhkan berbagai referensi Islam klasik yang diperlukan dalam penelitian  Situs Bongal. Misalnya sejumlah catatan ilmuwan muslim tentang Kota Fanshur dan Komoditas Kafur, ini cukup banyak kami temukan dalam kitab-kitab Islam klasik,” ujar Tori.

Baca Juga: Lima Pelaku Pembegalan Anggota Brimob Diringkus, Rata-rata masih Remaja

Kepala Riset dan Publikasi Ilmiah Sultanate Institute M. Faizurrahman menuturkan riset dan ekskavasi kali ini memiliki tiga tujuan.

Pertama, melakukan pemetaan kawasan Bongal sesuai dengan konteks laporan para pelaut muslim yang tercatat dalam kitab-kitab Islam klasik seperti Ajaib Al-Hindi, Hudud Al-’Alam Min Al-Masyriq ila Al-Maghrib, Muruj Adz-Dzahab dan lain-lain.

Kedua, meneliti artefak-artefak aromatika yang ditemukan di situs ini. Hal ini dilakukan sebab pada kurun abad 7 hingga abad 13 masehi komoditas yang menjadi primadona dunia dari kawasan ini adalah kafur.

“Selain itu tujuan dari ekskavasi gabungan ini juga dalam rangka mencocokkan relevansi catatan-catatan Arab tentang Fansur dengan kondisi geografis dan temuan-temuan di situs ini, Situs Bongal,” ujar Izur, Senin (14/2/2022).

Baca Juga: 150.000 Tentara Rusia Kepung Ukraina, Biden Serukan Putin Hindari Invasi yang akan Berakibat Kehancuran

Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Arkeologi Situs Bongal Dr. Ery Soedewo berharap, dengan ekskavasi lanjutan ini pihaknya dapat memetakan dan mengetahui luas situs dari hulu hingga hilir. Sebagai awalan, ada 3 titik ekskavasi di situs Bongal, dan sampai akhir paling tidak akan menggali 6 titik.

Pihaknya juga akan melakukan penyelaman atau kegiatan arkeologi maritim di Teluk Pandan dan perairan dekat Pulau Bakar. Tujuannya untuk mengetahui moda transportasi yang digunakan pada era tersebut.

“Kita berharap mendapatkan data fresh seperti bangkai kapal lengkap dengan muatannya, sehingga dapat diketahui seperti apa moda transportasinya, dari mana berasal dan menuju ke mana,” ujar Peneliti Utama BRIN Kantor Arkeologi Sumatera utara ini, Senin, 14 Februari 2022.***

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: Wonogiri News Cafe

Tags

Terkini

Terpopuler