Menilik Sejarah Dibangunnya Masijd Laweyan, Bukti Nyata Akulturasi Hindu-Islam di Solo

21 April 2022, 11:18 WIB
Masjid Laweyan dibangun pada masa Kerajaan Pajang. /Foto: Tangkapan layar/Instagram/@masjidlaweyansurakarta/


WNC - WISATA - Masjid Laweyan merupakan salah satu masjid bersejarah sekaligus masjid tertua di Kota Solo. Masjid ini sudah berdiri lebih dulu dari Masjid Agung Surakarta.

Masjid Laweyan dibangun pada masa Kerajaan Pajang sekitar tahun 1546. Nama Laweyan diambil dari nama daerah tempat masjid ini berdiri, Jalan Liris I, Pajang, Laweyan.

Selain nama Masjid Laweyan, masyarakat Solo juga kerap menyebutnya dengan nama Masjid Ki Ageng Henis.

Dilansir WNC dari laman Surakarta.go.id, menurut sejarah, tercatat ada seorang pemuka agama Hindu bernama Ki Beluk membangun sebuah pura di pinggir Kabanaran, sungai yang digunakan sebagai lalu lintas perdagangan batik.

Baca Juga: Horoskop CANCER Minggu Ini (19 – 26 April 2022); Petimbangkan untuk ‘Kembali’ bersama Mantan

Sebagai pemuka agama Ki Beluk memiliki banyak murid. Ia menjalin persahabatan dengan Ki Ageng Henis, salah satu penasehat Kerajaan Pajang pada masa Sultan Hadiwijaya.

Ki Beluk dan Ki Ageng Henis sering berdiskusi seputar Islam hingga akhirnya Ki Beluk tertarik untuk memeluk agama Islam bersama dengan murid-muridnya berkat dakwah Ki Ageng Henis.

Usai memeluk Islam Ki Beluk pun kemudian mewakafkan tempat peribadatan tersebut untuk menjadi masjid.

Baca Juga: Pengungkapan Mafia Minyak Goreng tak ada Efek bagi Rakyat kecuali Pemerintah bisa Menurunkan Harga

Konstruksinya yang menyerupai Pura menjadi daya tarik masjid ini. Arsitekturnya unik, ditambah dua belas pilar utama dari kayu jati kuno masih kokoh berdiri.

Makam Ki Ageng Henis dan kerabat kerajaan berada di kawasan masjid ini.

Masjid Laweyan berdiri di atas lahan seluas 162 meter persegi dengan kondisi terawat. Hingga kini Masjid Laweyan masih digunakan sesuai fungsi masjid pada umumnya. ***

Editor: Indah Panca Kusumawati

Sumber: surakarta.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler