WNC - SEMARANG - Tiap-tiap daerah memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut bulan Ramadhan. Tidak terkecuali warga Kota Semarang, Jawa Tengah.
Masyarakat Kota Semarang punya tradisi Dugderan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1881, pada masa Bupati KRMT Purbaningrat.
Tradisi ini dimulai dengan dipukulnya bedug Masjid Besar Kauman disusul dengan penyulutan meriam di halaman pendapa kabupaten di Kanjengan.
Bedug mengeluarkan bunyi “dug” dan meriam mengeluarkan bunyi “der” berkali-kali, akhirnya menjadi istilah Dugderan.
Baca Juga: Atlet Paralayang Tewas setelah Jatuh dari Ketinggian 200 Meter saat Latihan di Banyubiru
Dikutip WNC melalui visitjawatengah.go.id, suara dentuman bedug dan meriam membuat masyarakat berkumpul di pusat alun-alun depan masjid Kauman.
Disusul dengan keluarnya Kanjeng Bupati dan Imam Masjid Besar memberikan sambutan dan informasi, salah satunya tentang penentuan awal bulan puasa.
Prosesi tradisi Dugderan terdiri dari tiga agenda yakni pasar (malam) Dugderan, prosesi ritual pengumuman awal puasa dan kirab budaya Warak Ngendok.
Tiga agenda tersebut sekarang menjadi satu kesatuan dalam tradisi Dugderan. Warak Ngendok menjadi ikon tradisi Dugderan bahkan Kota Semarang hingga sekarang.