Tradisi Sadranan Menjelang Ramadhan Dalam Pandangan Ketua Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro

- 27 Maret 2022, 20:23 WIB
Ketua Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro
Ketua Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro /WNC/ Nanang Sapto Nugroho

WNC-SUKOHARJO- Bagi masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah (Jateng), Sadranan atau Nyadran adalah serangkaian kegiatan tradisi kearifan lokal yang tak terpisahkan dalam menyambut bulan Ramadhan.

Nyadran adalah tradisi pembersihan makam, umumnya di lakukan masyarakat pedesaan. Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artinya Ruwah Sya'ban.

Dalam makna luas, Nyadran adalah suatu rangkaian budaya berupa pembersihan makam leluhur, berdo'a, tabur bunga, dan puncaknya jika keyakinan itu masih kuat ditutup dengan kenduri selamatan.

Baca Juga: Siapkan Banyak Hadiah, Lomba Mancing HUT Kopassus ke 70 di Grup 2 Kandang Menjangan Diserbu Peserta

Hal itu disampaikan Ketua Forum Budaya Mataram (FBM), BRM Kusumo Putro yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian adat/ tradisi dan budaya, khususnya Jawa.

"Ini merupakan budaya kearifan lokal warisan para leluhur dari generasi ke generasi. Dengan memiliki budaya maka kita beradaptasi dengan lingkungan," kata Kusumo saat Nyadran di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), Minggu 27 Maret 2022.

Tradisi Nyadran bagi masyarakat Jawa juga disebut ruwahan, dilakukan menjelang Ramadhan (Sya'ban). Mereka kebanyakan pergi ke makam mengirim do'a kepada leluhur, atau keluarga yang telah meninggal dunia.

Baca Juga: Sinopsis Film Vampires Los Muertos Bioskop Trans TV, Aksi Jon Bon Jovi jadi Pemburu Vampir

"Oleh masyarakat Jawa, Sadranan ini sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Makanya tetap bertahan meski jaman makin modern," ucapnya.

Halaman:

Editor: Nanang Sapto Nugroho


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x