Baca Juga: Jateng Siap Sesuaikan Kebijakan Pemerintah Jelang Nataru, Ganjar Tiadakan Cuti ASN
"Hari ini saya mau jadi agen antikorupsi karena bisa ikut andil dalam upaya pemberantasan korupsi. Kami bawa sticker intinya meminta izin pada orang tua memberantas korupsi. Kami menganggap koruptor jahat, merugikan negara dan masyarakat. Harus diberantas dan dilawan semuanya," ucapnya.
"Korupsi mengambil hak orang lain bukan miliknya, perbuatan tidak baik tidak boleh dilakukan siapapun. Kita sebagai anak muda, bisa ikut mencegah praktik korupsi mulai hal sederhana di sekolah atau di rumah," kata Rahmandana, pelajar lainnya.
Ganjar sengaja mendatangi SMAN 15 Semarang guna melaksanakan kembali program Gubernur Mengajar. Program sempat terhenti karena pandemi.
"Karena bertepatan dengan Hari Antikorupsi, sekalian mau cek apakah pendidikan antikorupsi sudah jalan atau belum. Ternyata di beberapa sekolah sudah jalan dan yang belum kita dorong," katanya.
Pendidikan antikorupsi lanjut Ganjar tidak perlu dimunculkan lewat mata pelajaran atau kurikulum baru. Pendidikan antikorupsi bisa diinternalisasikan di semua mata pelajaran.
"Diinternalisasikan lewat PPKN bisa, MTK apalagi pendidikan agama pasti bisa. Caranya mudah, bisa buat kantin kejujuran, dan lainnya," terangnya.
Dilansir WNC dari Jatengprov.co.id. Ganjar senang ketika para pelajar mau jadi agen antikorupsi. Sebab, semangat antikorupsi harus dilakukan sejak dini.
"Kalau sejak anak-anak mereka bisa menjadi agen antikorupsi, maka mereka saling mengingatkan. Kalau mereka menjadi agen, mereka tidak hanya melapor, tapi jadi pelopor. Harapan kita anak-anak kelak terbiasa dengan gaya hidup bersih baik di pikiran maupun perbuatan," pungkasnya. ***