Percepatan EBT di Wonogiri, Optimalkan Potensi Waduk Gajah Mungkur, Angin sampai Kotoran Sapi, Tunggu Investor

15 Desember 2021, 13:57 WIB
Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri memiliki potensi untuk percepatan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) /WNC/Nadhiroh

WNC - WONOGIRI – Percepatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di Kabupaten Wonogiri masih menunggu investor.

Potensi di Kabupaten Wonogiri sangat banyak. Perlu kajian yang mendalam sembari menantikan kehadiran investor.

Seperti dikutip WNC dari ebtke.esdm.go.id, Pemerintah terus berupaya melaksanakan berbagai program percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).

Upaya itu dilakukan agar target 23 % EBT pada bauran energi nasional tahun 2025 tercapai. Beberapa program itu di antaranya pengembangan pembangkit listrik EBT dan Bahan Bakar Nabati (BBN).

Baca Juga: Upaya Pemerintah Kendalikan Perubahan Iklim, Presiden Jokowi: Transisi energi tidak dapat ditunda lagi

Selain itu, pengembangan panas bumi melalui government drilling, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala besar, program PLTS Atap, dan program cofiring biomassa pada PLTU.

Kepala Seksi Energi Kantor Cabang Dinas Enerdi dan Sumber Daya Minieral (ESDM) Wonogiri, Agus Dwi Ibnu Wibowo, ST, MT, menuturkan, sebagai bagian Negara Indonesia yang beriklim tropis, potensi besar di Wonogiri adalah tenaga surya.

Salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan di Kota Gaplek antara lain area Waduk Gajah Mungkur.

"Di waduk, selain tidak mengganggu tanah kering warga, matahari dapat diperoleh langsung dan pantulan cahaya matahari di air ," jelas Agus saat ditemui WNC di kantornya, Senin, 13 Desember 2021.

Menurut Agus, pemanfaatan waduk juga tidak akan mengganggu warga dan ramah lingkungan. Sebab memanfaatkan area waduk yang masih kosong dan tidak mengganggu karamba.

Sekarang, imbuh dia, PLTS yang sedang dibangun yaitu PLTS terapung di Bendung Cirata, Jawa Barat.

Panel surya yang dipasang yaitu posisinya di atas air atau terapung. Dikenal dengan istilah floating solar photovolatic  atau PV.

Agus menyampaikan, potensi EBT di Wonogiri untuk listrik bisa memanfaatkan tenaga surya dan angin. Potensi angin ada di wilayah selatan Wonogiri dekat pantai.

Namun, ucap Agus, perlu dikaji terlebih dahulu untuk mengetahui kontuinitas anginnya. Selain itu, mengingat biaya yang tinggi, percepatan EBT perlu adanya investor.

“Untuk biogas, pemanfaatan kotoran sapi sudah mulai diujicobakan dan hasilnya bisa menghemat penggunaan gas,” lanjut Agus.

Di Wonogiri, tambah Agus, pemanfaatan tenaga surya sudah diujicobakan di Kawasan Ponpes Al-Huda, Bulusulur, Wonogiri.

Baca Juga: Ganjar Kembali Pamerkan Motor Listrik Buatan Jateng, Berikut ini Komentarnya

Ponpes Al Huda mengajukan proposal ke ESDM Provinsi dan setelah disurvei ternyata memenuhi syarat untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap.

Sebanyak enam panel surya di pasang di salah satu bagian atap kantin Pondok Pesantren Al Huda di Bulusulur, Wonogiri. Panel Surya itu untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap. WNC/Nadhiroh

Terpisah, Pengasuh Ponpes Al Huda, Parmanto menuturkan pemanfaatan tenaga surya sangat membantu menghemat pengeluaran. Parmanto menambahkan ada 12 panel surya yang dipasang di atap kantin Pesantren Al Huda.

Sementara ini, pemanfaatan tenaga surya itu hanya berlaku siang hari untuk pemakaian mesin pompa air.

“Pemakaian tenaga surya cocok untuk lembaga-lembaga yang mengkonsumsi listrik  jumlah besar. Sejauh ini bagi kami sangat bermanfaat karena bisa menurunkan biaya listrik sampai lima puluh persen,” jelas Parmanto.

Pernyataan senada disampaikan Bendahara Pesantren Al Huda, Arum Setyowati. Arum menyampaikan biasanya membayar listrik Rp2 juta per bulan. Sejak memakai tenaga surya, biaya listrik Rp 800.000 sampai Rp1 juta. ***

 

Editor: Nadhiroh

Tags

Terkini

Terpopuler