Kuliner Olahan ‘ikan kayu’ ini Konon jadi Menu Favorit Para Pejuang Kemerdekaan di Bumi Rencong

2 Februari 2022, 15:08 WIB
Masakan khas Aceh berbahan dasar ikan laut ini namanya ‘Eungkot Keumamah’ atau lebih dikenal dengan ‘Keumamah’, berbahan ikan tongkol atau cakalang./ /indonesia.go.id

WONOGIRI NEWS CAFE - Indonesia dikenal ragam kuliner tradisionalnya, termasuk sajian kaya bumbu rempah dan tak sedikit yang bercita rasa pedas.

Salah satunya masakan khas Aceh berbahan dasar ikan laut. Namanya ‘Eungkot Keumamah’ atau lebih dikenal dengan ‘Keumamah’, berbahan ikan tongkol atau cakalang.

Masakan ini wajib disajikan pada acara kenduri atau hajatan masyarakat setempat. Tersedia juga di kedai-kedai makan di Bumi Rencong karena bahan baku dan bumbunya mudah didapat.

Di Kota Banda Aceh, menu keumamah dapat ditemui di pusat kuliner kawasan Blang Padang. Kuliner ini menjadi teman lauk paling enak untuk bersantap siang bersama nasi putih yang masih hangat.

Baca Juga: Libatkan Ratusan Orang, Obor Olimpiade Beijing 2022 Mulai Diarak

Ikan tongkol bahan masakan ini biasanya telah dikeringkan selama beberapa hari sehingga nyaris tidak ada lagi kandungan airnya.

Sepintas teksturnya yang kering membuat ikan lebih mirip kayu. Karena itu ikan kering ini acap disebut sebagai ikan kayu.

Dilansir WNC dari situs indonesia.go.id, saah satu pemilik kedai makan di Pango Raya, Banda Aceh, Tengku Rusli menjabarkan, ikan yang dipilih untuk bahan keumamah harus masih segar.

Ikan tadi dibersihkan isi perutnya dan dibuang bagian kepalanya, lalu ikan direbus dengan air ditaburi garam hingga setengah masak.

Baca Juga: Ngeri! Lebih dari 100 Ribu Ton Limbah Medis Selama Pandemi Mengancam Kesehatan Manusia

Dari tempat perebusan, ikan dikeringkan di terik matahari, kemudian dibelah menjadi dua bagian untuk membuang bagian tulangnya.

Langkah berikutnya dijemur kembali agar kandungan air keluar dari tubuh ikan. Proses seperti ini dilakukan sekitar tiga hari dalam kondisi terik matahari.

Hasilnya, membuat bobot ikan bisa berkurang hingga 70 persen dari berat ketika baru ditangkap. Tetapi jangan khawatir, cita rasa asli dari ikan tongkol yang gurih dan berlemak tetap dapat dirasakan.

Ikan kayu ini diyakini mampu bertahan hingga dua tahun untuk bisa dijadikan bahan utama keumamah karena sudah direbus dalam air garam dan melalui proses pengeringan yang lama.

Baca Juga: Lagi Viral di Media Sosial, Iring-iringan Pengendara Sepeda Motor Digasak Mobil, Satu Korban Tewas Terlindas

Untuk dimasak keumamah, umumnya masyarakat Aceh memakai teknik ditumis kering basah. Bahan ikan kayu tadi diiris tipis-tipis kemudian direndam air panas beberapa menit sebelum dimasak dengan bumbu dicampur rempah.

Bumbu dasar keumamah cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, ketumbar, jahe, batang serai, dan air secukupnya. Bahan lainnya asam sunti, belimbing wuluh yang sudah dikeringkan kemudian diasinkan.

Di balik nikmatnya menyantap menu masakan ikan olahan tersebut tersimpan perjalanan sejarah panjang. Yakni, sengitnya perjuangan para tokoh Aceh melawan penjajah di masa lalu.

Para pejuang harus bergerilya di hutan-hutan dalam waktu lama, sehingga logistik perang harus selalu ada, termasuk makanan.

Baca Juga: Yuk, Nikmati Gurih Lezat dari Kerupuk Telur Asin asal Magelang, Dijamin Bikin Ngunyah Terus

Para pejuang Aceh pada masa lalu mengolah ikan kayu sebagai bahan lauk-pauk yang tahan lama, bahkan hingga berbulan-bulan, guna mencukupi kebutuhan gizi pejuang. Inilah cikal bakal munculnya keumamah.

Tak hanya disantap para pejuang kemerdekaan, di masa lalu para jemaah haji asal Bumi Rencong juga membekali diri dengan masakan si ikan kayu ini.

Maklum, ketika itu perjalanan ibadah ke Mekkah memakan waktu hingga 1,5 bulan via laut. Alhasil, para jemaah haji memerlukan makanan praktis dan mudah (siap) disantap.***

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: indonesia.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler