Mencicipi Nasi Blawong, Hidangan Rahasia Para Raja Keraton Yogyakarta

1 Februari 2022, 11:20 WIB
Nasi Blawong jadi hidangan khusus Raja Keraton Yogyakarta /Klasik Herlambang/WNC

WNC, Yogyakarta - Di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton Yogyakarta), nasi blawong termasuk salah satu jenis sajian khusus yang tidak semua orang bisa menikmatinya.

Sebab menu yang satu ini memang salah satu menu rahasia Keraton Yogyakarta, yang tetap dijaga kerahasiaan resepnya.

Dipandang istimewa karena nasi ini hanya disajikan untuk para raja pada hari-hari tertentu saja. Sehingga tidak setiap saat bisa menikmatinya.

Dan ‘aturan’ inipun berlaku juga pada para raja. Artinya, meski berstatus sebagai raja, para sultan yang memimpin Keraton Yogyakarta, juga tidak bisa menikmati nasi ini setiap saat.

Baca Juga: Disetujui Mendikbudristek, Buton Akan Dirikan Institut Teknologi Kelautan

Di lingkungan keraton, nasi blawong memang mejadi salah satu media ritual para raja. Karena itulah, nasi ini tidak bisa disajikan sembarangan, apalagi dinikmati oleh orang biasa.

Nasi blawong diyakini terkait dengan daya kawijayan yang membuat para raja yang menikmatinya senantiasa memiliki kejayaan, dalam masa kepemimpinannya.

Menu ini biasanya hanya akan disajikan pada saat peringatan hari kelahiran raja. Yang mana pada saat itu akan diikuti dengan serangkaian prosesi ritual dari raja tersebut.

Baca Juga: Beberapa Hari Lagi Asteroid 2022 AA Melintasi Bumi. Apa yang Akan Terjadi?

Ritual itu sendiri sebenarnya lebih bersifat pribadi, karena sebagai wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Karena itu, prosesi yang dilakukannya pun, terbilang sederhana.

Sultan atau raja biasanya akan menjalankan puasa serta melakukan meditasi sehari sebelumnya. Dan, nasi blawong akan disajikan sebagai menu buka puasa, serta disantap bersama anggota keluarga keraton.

Ada keyakinan, bahwa barang siapa bisa mencicipi nasi blawong yang disajikan pada acara syukuran tersebut, maka hidupnya akan berlimpah berkah.

Baca Juga: Tujuh Hidangan Wajib di Tahun Baru Imlek ini Bermakna Sukses, Kejayaan, Kebahagiaan, dan Umur Panjang

Karena itulah, konon para abdi dalem akan berusaha untuk mendapatkan sisa-sisa nasi itu, di tiap acara syukuran selesai.

Di tengah keistimewaan yang melekat pada sajian ini, kini nasi blawong sudah bisa dinikmati oleh masyarakat umum.

Namun demikian tidak semua rumah makan bisa menyediakan sajian ini, karena resep nasi blawong memang hanya diketahui oleh kalangan keluarga keraton saja.

Baca Juga: Dilanda Suhu Dingin Ekstrem, Iguana di Florida - AS Berjatuhan dari Pohon

Bagi masyarakat umum yang ingin mencicipi kelezatan nasi blawong, bisa datang ke sebuah restoran milik istri salah satu adik Sultan Hamengku Buwono X, yakni BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo.

Kebetulan BRAy. Hj. Nuraida Joyokusumo sendiri adalah salah satu menantu kesayangan dari mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Sehingga dia bisa mendapatkan akses yang luas untuk mengetahui resep-resep rahasia keraton. Termasuk nasi blawong yang dipandang sebagai jenis nasi paling istimewa di dalam keraton.

Baca Juga: Ikuti Jejak Artis Lain, Prilly Latuconsina Gabung Jadi Pemilik Persikota Tangerang

“Nasi ini hanya dimasak pada saat hari kelahiran sultan, atau pas ada acara yang sifatnya upacara atau ritual khusus. Karena itu untuk kesehariannya, kita jarang bisa menemuinya," jelasnya pada suatu kesempatan.

Kini nasi blawong memang telah bisa dinikmati setiap saat. Namun demikian, peredarannya tetap terbatas, dan hanya restoran milik adik Sri Sultan Hamengku Buwono X saja yang menyajikannya.

Sebab tidak semua orang atau kerabat keraton bisa mengetahui resep rahasia untuk membuat makanan ini.

Baca Juga: Soto Gudangan Kudapan Unik dari Ungaran, Penasaran Yuk Mampir Dijamin Bikin Nagih

“Resep nasi ini memang tetap dijaga kerahasiaannya. Tujuannya tentu untuk menjaga eksklusifitasnya sebagai makanan khusus para raja,” tambah istri GPH Joyokusumo ini.

Meski secara materi sama, namun nasi blawong yang disajikan di rumah makan yang diberi nama Gadri Resto jelas berbeda dengan nasi blawong yang disajikan sebagai media ritual raja.

Sebab untuk media ritual, tentu ada serangkaian prosesi khusus yang membuat nasi tersebut memiliki kelebihan secara spiritual. Dan salah satu perbedaannya adalah pada piring yang digunakan dalam penyajiannya.

Baca Juga: Mengenal Musamus, Rumah Semut Raksasa yang Hanya Ada di Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke

Nama blawong sendiri konon diambil dari nama piring khusus yang dipakai sebagai wadah dalam penyajiannya, yakni Kanjeng Kyai Blawong.

Hal ini menunjukkan kalau raja memang memberikan pandangan yang istimewa pada benda ini, sebagaimana benda-benda lain yang menjadi pusaka keraton. Karena piring ini memang hanya dipakai untuk menyajikan nasi blawong, bukan yang lain.

Kanjeng Kyai Blawong memang tidak dipakai dalam penyajian nasi ini di Gadri Resto. Karena jelas tidak mungkin menggunakan salah satu pusaka itu, untuk hal-hal yang bukan semestinya.

Baca Juga: Merusak Alam, Aparat Menutup Tambang Emas Ilegal Gunung Prabu di Lombok Tengah

Sebab, hanya raja saja yang memiliki hak dan wewenang, menggunakan benda-benda berstatus pusaka milik keraton, termasuk Kanjeng Kyai Blawong.

Sementara untuk rasanya, aromanya mirip dengan nasi uduk atau nasi gurih yang biasa dipakai dalam berbagai acara selamatan.

Namun untuk warnanya agak kemerahan. Ini terjadi karena kabarnya ada penambahan warna dari kulit bawang merah. Sehingga memberi sensasi warna dan aroma yang khas.

"Sejak awal saya memang memiliki tujuan untuk melestarikan warisan kuliner nusantara, terutama keraton. Dan itu saya wujudkan dengan menyajikan menu-menu khas keraton, yang tidak bisa ditemui di restoran lain,” pungkas Nuraida.***

Editor: Klasik Herlambang

Tags

Terkini

Terpopuler