Gelombang Omicron, ILO Perkirakan 52 Juta Pekerja Bakal Kehilangan Pekerjaan Selama Pandemi 2022

- 18 Januari 2022, 08:00 WIB
Poster "1 juta pekerja terancam" terlihat saat unjuk rasa para pemilik dan pekerja restoran, kafe, bar dan kelab malam di Paris, Prancis, Senin (14/12/2020), untuk menentang penutupan usaha mereka terkait pandemi COVID-19./
Poster "1 juta pekerja terancam" terlihat saat unjuk rasa para pemilik dan pekerja restoran, kafe, bar dan kelab malam di Paris, Prancis, Senin (14/12/2020), untuk menentang penutupan usaha mereka terkait pandemi COVID-19./ /Charles Platiau/foc./ANTARA FOTO/REUTERS/

WNC - JENEWA – Meluasnya Varian Baru Omicron Covid-19, diperkirakan berdampak di bidang usaha dan dunia kerja. Itu terjadi akibat ketidakpastian masa dan durasi pandemi.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) memprediksi 52 Juta pekerja bakal kehilangan pekerjaan selama Pandemi 2022. Pasalnya, pasar kerja global akan butuh waktu lebih lama lagi untuk pulih.

Dikutip WNC dari Antara, poran yang dirilis ILO Senin, 17 Januari 2022 menyebut, angka pengangguran akan tetap berada di atas tingkat sebelum COVID-19 setidaknya hingga 2023.

Baca Juga: Posisi Box Office China Ditempati The Matrix Resurrections pada Pekan ke Dua Januari 2022

Laporan "World Employment and Social Outlook" itu menyebut gangguan akan berlanjut hingga 2023, ketika masih akan ada sekitar 27 juta pekerjaan berkurang.

"Prospek pasar tenaga kerja global telah memburuk sejak proyeksi terakhir ILO; kembalinya kinerja prapandemi kemungkinan akan tetap sulit dipahami di sebagian besar dunia selama tahun-tahun mendatang," kata laporan itu.

Direktur Jenderal ILO Guy Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa ada banyak faktor di balik revisi perkiraan sebelumnya, terutama "pandemi yang berkelanjutan dan variannya, terutama Omicron."

Baca Juga: Dinamika Suksesi Mangkunegaran. GPH Bhre Cakrahutomo Hampir Pasti Jadi Mangkunegoro X

Secara keseluruhan, sekitar 207 juta orang diperkirakan menganggur pada tahun 2022. Menurut laporan itu, dampak panjang pandemi akan jauh lebih besar karena banyak orang telah meninggalkan pekerjaan dan belum kembali.

Halaman:

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: Reuters ANTARA


Tags

Terkait

Terkini

x