Ia mencontohkan, di kebudayaan Jawa boneka yang dipercaya sebagai media mendatangkan arwah adalah Jalangkung. Sedangkan, di daerah lain disebut Nini Thowok atau Nini Thowong.
Tundjung mengemukakan jalangkung terbuat dari gayung atau di Jawa disebut siwur (alat untuk mandi) terbuat dari bathok (kulit kelapa) dan diberikan rangka kayu untuk tangan.
Kalau Jalangkung itu dipersonifikasikan sebagai figur laki-laki maka boneka arwah yang personifikasinya perempuan disebut Nini Thowok,” ujar Tundjung.
Pengaruh Kebudayaan
Tundjung mengatakan, keberadaan boneka arwah dalam mitologi Jawa erat kaitannya dengan perkembangan animisme dan dinamisme.
Dalam berbagai khasanah dan pustaka sejarah disebutkan sejak zaman Mesolitikum sudah muncul kepercayaan terhadap kekuatan roh.
Hadirnya paham Hindu-Budha semakin memperkaya kepercayaan terhadap roh. Hal ini, mendorong manusia hidup dan membangun harmonisasi dengan entitas roh.
Hasil harmonisasi itulah yang kemudian melahirkan perilaku menghadirkan roh dalam visualisasi diri orang dan boneka atau benda bertuah.
“Dalam tradisi seni pertunjukkan menghadirkan roh dalam penampilannya banyak dijumpai di Jawa seperti Jathilan, Sintren, Jaran Kepang dan sebagainya,” kata Tundjung.