Petisi Menolak Tes Swab PCR Sebagai Syarat Perjalanan Udara Hampir Tembus 50Ribu Tanda Tangan

- 27 Oktober 2021, 19:24 WIB
Tangkapan layar petisi penolakan terhadap kewajiban tes reaksi berantai polimerase (PCR) sebagai syarat untuk perjalanan udara, Rabu (27/10/2021). (Change.org).
Tangkapan layar petisi penolakan terhadap kewajiban tes reaksi berantai polimerase (PCR) sebagai syarat untuk perjalanan udara, Rabu (27/10/2021). (Change.org). /

WNC-JAKARTA – Sedikitnya 47 ribu orang telah menandatangani petisi, menolak kewajiban tes reaksi berantai polymerase chain reaction  (PCR) sebagai syarat untuk perjalanan udara.

"Kita di penerbangan tidak hanya masyarakat kelas atas, tapi banyak juga masyarakat menengah ke bawah yang menggantungkan hidupnya di sektor penerbangan ini," kata pembuat petisi Dewangga Pradityo Putra dilansir WNC dari situs Kantor Berita Antara, Rabu (27/10/2021).

Kata dia, jika memang syarat PCR ini terbaik, pemerintah seharusnya memberikan kebijakan penurunan harga PCR, baik dengan subsidi atau dengan cara lain sehingga harganya lebih terjangkau masyarakat.

Baca Juga: Desa Conto Raih 3 Juara Sekaligus dalam Ajang Lomba Desa Wisata Jawa Tengah 2021

Pria berprofesi sebagai engineer pesawat itu menilai tes PCR penerbangan sebagai keputusan kurang tepat. Terlebih calon penumpang pesawat sudah divaksin dua kali, tetap harus menjalani tes PCR. Kebijakan itu berpotensi mengurangi aktivitas penerbangan,sehingga industri penunjang pun akan semakin kesulitan.

“Saya merasakan sekali dampak pandemi ini di pekerjaan. Penerbangan berkurang, teman saya ada yang dirumahkan. Padahal, sirkulasi udara di pesawat sebenarnya lebih aman karena terfiltrasi HEPA, sehingga udaranya bersirkulasi dengan baik, mencegah adanya penyebaran virus,” tulis Dewangga di petisi.

Baca Juga: Tewasnya Mahasiswa UNS, Pihak Kampus Sebut Tidak Ada lebam pada Jenazah tapi Polisi Temukan Bekas Penganiayaan

Permintaan yang sama dibuat oleh Herlia Adisasmita, seorang warga tinggal di Provinsi Bali.

“Kami harus bagaimana lagi?. Bangkrut sudah, nganggur sudah, bahkan banyak di antara kami depresi, rumah tangga berantakan karena faktor ekonomi,” katanya.

Halaman:

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: ANTARA


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah