Menkes Ungkap Harga Obat Gagal Ginjal Akut yang Didatangkan ke Indonesia

26 Oktober 2022, 14:31 WIB
Ilustrasi obat Fomepizole. Menkes Budi Gunadi Sadikin akan mempercepat kedatangan obat Fomepizole ke Indonesia untuk menyelamatkan anak-anak yang menderita gagal ginjal akut. /ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi/

WONOGIRIUPDATE - Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Sadikin membongkar nilai harga obat gagal ginjal akut yang dibawa ke Indonesia.

Harga yang disebutkan oleh Menkes Budi Sadikin untuk mengobati anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut, terbilang cukup fantastis.

Berita ini dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dalam judul "Menkes: Harga Obat Gagal Ginjal Akut Rp16 Juta per Vial"

"Namanya Fomepizole, di Indonesia belum ada, jadi kemarin kita ambil dari Singapura, kita hand carry ke sini. Kita coba dulu, karena kita denger kan ini bisa antidotnya istilahnya, kita coba ke 10 pasien di RSCM," tutur Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers pada Jumat, 21 Oktober 2022 lalu.

Baca Juga: Heru Budi Beri Imbauan WFH saat Cuaca Buruk Melanda: Kebijakan Diserahkan ke Perusahaan

Dampak obat yang sudah digunakan pada pasien gagal ginjal akut, ia katakan membuat pasien membaik, dan sebagian stabil kondisinya.

"Dari 10 pasien di RSCM ini, ternyata kondisinya jadi stabil, kan biasanya mereka memburuk terus kondisinya. Setelah diberi obat ini, sebagian membaik, sebagian stabil. Jadi kita lebih merasa confident bahwa obat ini efektif," ujarnya menambahkan.

Begitu melihat kerja obat gagal ginjal akut terhadap para pasien, Budi Gunadi Sadikin mengaku pemerintah semakin yakin bisa mengatasi penyakit yang telah menyerang lebih dari 200 anak-anak di Tanah Air tersebut.

Oleh karena itu, obat gagal ginjal akut ini didatangkan dalam jumlah yang lebih banyak lagi dari Singapura dan Australia.

"Jadi sesudah obat ini efektif, sekarang pemerintah Indonesia sedang mendatangkan lebih banyak lagi. Supaya nanti pasien-pasien yang ada sekarang, karena kita udah tahu penyebabnya apa, bisa kita obati," ujar Budi Gunadi Sadikin.

"Obatnya memang kita nggak punya, kita kemarin datengin dari Singapura. Saya baru nih, baru kontak rekan saya Menteri Kesehatan Singapura sama di Australia, yang dekat kan, yang paling dekat," tuturnya menambahkan.

Untuk tahap pertama pengadaan obat, pemerintah mendatangkan sebanyak 200 vial obat gagal ginjal akut tersebut.

"Kita mau bawa 200 dulu ya, karena satunya ini bisa buat satu satu orang, satu vial fomepizole injection 1,5 gram atau per 1,5 ml," ucap Budi Gunadi Sadikin. 

"Saya di update-nya tadi adalah satu orang butuhnya satu vial, ada beberapa kali injeksi tapi bisa cukup satu vial," ujarnya.

"Dan kita akan bawa itu 200, supaya cepat di-hand Carry dulu. Jadi kalau misalnya nanti nih saya tunggu dibalas sama teman saya di Singapura, dia bilang 'Oke nanti aku cek dulu', kalau ada nanti kita kirim orang malam ini untuk kita bawa sehingga bisa kita distribusikan ke rumah sakit-rumah sakit," tuturnya menambahkan.

Sedangkan untuk harga obat gagal ginjal akut ini, Budi Gunadi Sadikin mengaku dibanderol dengan angka yang terbilang fantastis.

Pasalnya, untuk per satu vial, obat gagal ginjal akut ini dibanderol dengan harga Rp16 juta.

"1 vialnya Rp16 juta harganya, jadi itu untuk sementara kita yang nanggung lah. Diberikannya gratis," kata Budi Gunadi Sadikin.

Sementara berkaitan dengan penyebab gagal ginjal yang terjadi di Indonesia, Kemenkes semakin mengerucutkan pemicunya.

"Penyelidikan Kemenkes bersama IDAI (Ikaran Dokter Anak Indonesia) telah menjurus pada salahsatu sebab gangguan gagal ginjal akut yaitu keracunan obat," kata juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril.

Diungkap Syahril, kasus gagal ginjal akut yang terjadi di Indonesia terjadi hampir setiap tahun dengan jumlah rata-rata 1-2 pasien tiap bulannya.

"Kasus gagal ginjal akut menjadi perhatian pemerintah setelah melonjak pada Agustus 2022, lebih dari 35 kasus. Sama seperti hepatitis akut yang juga melonjak," ujar Mohammad Syahril.

Selain etilen glikol dan dietilen glikol, kasus gagal ginjal akut disebut terjadi juga karena adanya cemaran kimia lain yaitu etilen glikol butil eter (EGBE).*** (Eka Alisa Putri/Pikiran-Rakyat)

Editor: Saepul Rohman

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler