Manisnya penjualan produk ke luar negeri ternyata tidak membuat Suwanto silau materi. Dia memilih lepas dari pelanggannya di Amerika setelah tiga tahun menjalin kerjasama.
Pilihan ini bisa dibilang anti mainstream. Sebab, dengan hanya menggarap pasar lokal, omzet yang dia terima justru lebih kecil dibandingkan saat bekerja sama dengan pelanggan di Amerika Serikat.
Pasar lokal dengan omzet yang jauh lebih kecil ini dilakoni demi mewujudkan kemandirian usaha dan memberdayakan masyarakat. “Pilihan ini saya ambil demi mewujudkan kemandirian usaha dan memberdayakan masyarakat,” tutur Suwanto.
Selain memproduksi jam tangan kayu, Suwanto juga mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Cipta Karya. PKBM menyatu dengan rumah sekaligus bengkel kerjanya yang berada di Dukung Gilangsari. Lewat workshop inilah, ia menularkan kreativitas membuat jam tangan dari kayu.
Baca Juga: Dibagi 4 Grup, PSSI Siap Kembali Gelar Piala Presiden 2022 Setelah Vakum Akibat Pandemi
Meski menggarap pasar lokal, namun produk yang dihasilkan tetap mempertahankan kualitas. Bicara jam tangan kayu, tidak bisa dilepaskan dari detail dari desainnya. Berbeda dari mebel kayu yang memiliki ukuran besar.
Pembuatan jam tangan kayu butuh ketelitian dan keluwesan menggunakan alat produksi. Proses yang panjang inilah yang turut meningkatkan nilai jual produk KOWAL.
“Kalau bicara jam tangannya, tentu produk ini tidak bisa disandingkan dengan jam tangan bermerek. Tapi yang dijual adalah nilai seninya, kreativitasnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Persoalan Sandal di Pelataran Masjid Nabawi, Jemaah Haji Diminta Tetap Memakai, Ini Alasannya