Masjid Mejasem di Kabupaten Klaten, Bangunan Aesthetic jadi Saksi Penyebaran Agama Islam

- 8 April 2022, 14:31 WIB
Masjid Mejasem berada di pusat Kota Klaten ini memiliki seharah penyebaran agama Islam
Masjid Mejasem berada di pusat Kota Klaten ini memiliki seharah penyebaran agama Islam /Foto: Jatengprov.go.id/


WNC - KLATEN - Masjid Majasem di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, menjadi saksi penyebaran Islam di Kota Seribu Candi.

Masyarakat mempercayai, masjid tersebut dibangun para wali dan memiliki pertalian erat dengan Kasunanan Surakarta.

Buat Anda yang penasaran dengan masjid ini, Anda bisa mengendarai kendaraan bermotor. Memerlukan waktu 13 nenit untuk bisa sampai di Masjid Mejasem karena berada di pusat Kota Klaten.

Bangunan ini bahkan sudah terlihat ketika memasuki gerbang Dukuh Majasem.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Majasem Sugimin menjelaskan, dahulu kala masjid ini merupakan sebuah langgar, bernama Langgar Kalimasada.

Baca Juga: 476 Atlet Indonesia dari 31 Cabang Olahraga Bakal Bertarung pada Event SEA Games 2021 di Vietnam

Syahdan, langgar tersebut dibangun oleh para wali (penyebar agama Islam) pada tahun 1385 Masehi.

Sebagaimana dikutip WNC melalui Jatengprov.go.id, setelah masa itu, langgar i sempat tidak terawat. Lalu, pada 1780 Masehi, utusan dari Kraton Kartasura memugar langgar berukuran 10×10 meter persegi tersebut menjadi masjid.

Pada dinding masjid telah terpahat sebuah prasasti bertandatangan Raja Surakarta Paku Buwana XII.

Dalam bahasa Jawa, prasasti tersebut menyebut Masjid Al-Makmur (Majasem) Masjid Perdikan Yasanipun Sampeyan Dalem ingkang Sinoehoen Kangjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono Ing Karaton Surakarta th. 1780 M, Katetepaken tgl 2 Mei 2003.

Persis di samping pintu utama masjid, ada sebuah prasasti bertuliskan Masjid Baitul Makmur 1385 M Majasem tanggal 6 Januari 2001.

Baca Juga: Asyik Bermain Air di Curug Duwur Purbalingga, Mahasiswa Unsoed asal Bogor Ditemukan Tenggelam

Sugimin menyebut sudah berusaha mencari bukti hingga ke Kraton Surakarta. Namun, bukti tertulis penanggalan telah musnah saat Perpustakaan Kraton Radya Pustaka terbakar.

“Setelahnya, ada sosok Pangeran Ngurawan dari Kartasura sebelum kraton pindah ke Surakarta yang diberikan hak perdikan (tanah bebas pajak) di sini. Kemudian membangun Langgar Kalimosada jadi Masjid Majasem. Kenapa disebut Majasem, karena dulu di sini dulu banyak tumbuh pohon Maja dan pohon Asem,” ujarnya.

Bangunan asli masjid hanya berukuran 10×10 meter persegi. Di dalamnya terdapat 16 tiang penyangga dari kayu, dengan umpak (pondasi) batu.

Setelah zaman berkembang, dibangunlah bangunan tambahan berupa serambi dan pawestren (tempat ibadah khusus putri).

Baca Juga: Presiden Asosiasi Sepaktakraw Singapura Dipecat dari Jabatan Wakil Presiden di ASTAF

Sementara, di bagian barat masjid terdapat sebuah kompleks pemakaman kuno. Makam terdiri dari puluhan nisan itu, dipercaya sebagai tempat peristirahatan Pangeran Ngurawan dan keluarganya.

Masjid dan kompleks Makam Majasem telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kini, di bulan ramadan Masjid Majasem masih tetap lestari. Kegiatan keagamaan seperti Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan kegiatan berbuka bersama tetap diselenggarakan rutin.

“Kami berharap masjid ini tetap dimakmurkan oleh nanti generasi setelah kami,” imbuh Sugimin.

Ketua Komunitas Pecinta Cagar Budaya (KPCB) Klaten Wisnu Hendrata menyebut pemanfaatan Masjid Majasem sebagai salah satu bentuk pelestarian. Selain itu juga dianggap sebagai daya tarik wisata di Klaten.

“Kami juga mengajak agar pihak terkait melakukan studi lebih lanjut terkait tahun pasti pembangunan masjid. Agar menjadi sarana edukasi bagi generasi selanjutnya,” pungkas Wisnu. ***

 

 

Editor: Indah Panca Kusumawati

Sumber: Jatengprov.go.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah