WNC-SOLO- Kasus meninggalnya Gilang Endi Saputra, peserta diklatsar (pendidikan latihan dasar) Resimen Mahasiswa (Menwa) UNS, masih menjadi perbincangan publik. Salah satu alumni UNS, Novaria Putri Yudianti mengungkap kasus serupa lewat akun twitternya.
Kata dia, kasus Gilang bukanlah pertama di Diklatsar Menwa UNS. Kejadian serupa dialami salah satu rekan seangkatannya, Rochim Haritsah asal Klaten, tahun 2013 silam. Diduga meninggal lantaran kekerasan fisik seniornya.
“Tapi gak ada tindak lanjut ke ranah hukum karena keluarga sudah mengikhlaskan dan pihak kampus minta diselesaikan secara kekeluargaan tanpa ribut2. Semua pihak diminta bungkam supaya gak tercium media.” Katanya, dilansir WNC dari akun tweeter @novaria putri, Sabtu (30/10/2021)
Baca Juga: Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Berunjuk Rasa Tuntut Pembubaran Menwa
Novaria Putri menyampaikan pengalamannya saat mengikuti Diklatsar. Minggu pertama masih santai, peserta bisa pulang karena pendidikan sampai sore aja. Panitia masih kalem, hukuman sebatas latihan fisik. Namun minggu kedua Diklat Menwa mulai kelihatan aslinya.
“Waktu pertama kali ditampar rasanya spechless kayak gak nyangka ternyata bakalan ada tindak kekerasan. Kekerasan yang aku alami di minggu kedua, ditampar berkali2 dan dipopor senjata.” Tulis Novaria di akunnya
Tamparan dan pukulan itu punya sebutan tersendiri. Kata Nova, ada banyak istilah penyiksaan dalam kegiatan Diksar Menwa tetapi dia sudah lupa.
“Banyak istilah, yang saya ingat ada beberapa, diantaranya ditampar bolak balik namanya Kipas Asmara. Berasa habis pake blush on medok klo kena hukuman ini.” Jelas Nova.
Baca Juga: Ormawa Menwa Resmi Dibekukan, Buntut Panjang Kematian Mahasiswa UNS