Quote Gus Baha : Logika Sesajen, Berikut Cerita Ilmiah tentang Hajar Aswad

16 Januari 2022, 05:10 WIB
Gus Baha menyampaikan cerita ilmiah tentang Hajar Aswad /WNC/IG @gusbahaonline

WNC - Aksi seorang pria menendang sesajen di sekitar lokasi erupsi Gunung Semeru beberapa hari ini menjadi perbincangan.

Polisi menyoroti aksi tersebut karena merupakan tindakan intoleran. 

Di dalam menyikapi sebuah perbedaan idealnya dan seyogianya ditempuh dengan cara-cara yang santun. Perbedaan sebuah hal yang biasa, bahkan sejak dulu sudah ada.

Gus Baha menceritakan kisah perbedaan para sahabat dalam menyikapi Hajar Aswad. 

Baca Juga: Pelaku Penendangan Sesajen di Lokasi Erupsi Gunung Semeru Dicari, Kapolres : Ini Tindakan Intoleran!

Berikut ini cerita ilmiah tentang Hajar Aswad seperti dilansir WNC dari video yang diuplaod akun YouTube SANTRI GAYENG, Sabtu, 15 Desember 2022, berjudul Quote Gus Baha : Logika Sesajen. 

Gus Baha menyampaikan pernyataan Sahabat Umar ra dalam cerita ilmiah tentang Hajar Aswad.

"Sayyidina Umar pernah mengatakan Yaa Hajar, Hajar Aswad maksudnya. Saya tahu kamu hanya batu, yang namanya batu itu ga ada manfaatnya ga ada madharatnya," kata Gus Baha.

Dia menyebutkan waktu itu Sahabat Umar ra melihat Nabi Muhammad Saw mencium Hajar Aswad maka dia pun ikut mencium Hajar Aswad.

"Saya ikut juga mencium kamu tapi bukan berarti saya yakin kamu ada manfaatnya," ujar Gus Baha.

Menurut Gus Baha, Sahabat Umar berkata demikin tentu benar. Sahabat Umar ra menyaksikan ketika Nabi Muhammad Saw mencium Hajar Aswad itu dikomen atau dibully orang kafir.

"Lihatlah Muhammad kami yang (menyembah) mengusap-usap batu saja tidak boleh, tapi dia sendiri melakukan itu!" lanjut Gus Baha.

Makanya, kata Gus Baha, Sahabat Umar kalau mau mengusap takut dibully, akhirnya bukan berdoa tapi malah komentar.

Lama-kelamaan, Sahabat Umar ra pun ditegur Sahabat Ali ra.

"Kamu jangan ngomong begitu terus. Gimana juga Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di bumi, orang yang pernah menyentuh Hajar Aswad itu sama seperti dekat kepada Allah SWT," terang Gus Baha.

Dia mengemukakan semenjak itu, akhirnya banding, kalau kira-kira kultusnya berlebihan maka pakai madzab Sahabat Umar. Apabila kelihatannya manjur, memakai madzabnya Sahabat Ali ra.

"Ya sudah seperti itu, dulu itu adalah hal yang biasa kalau sekarang gak, orang alim kalau berdebat terus diam-diaman, kalau dulu biasa," terang Gus Baha. ***

 

 

 

Editor: Nadhiroh

Sumber: YouTube SANTRI GAYENG

Tags

Terkini

Terpopuler