Alumni UNS Ungkap Istilah Penyiksaan Diklatsar Menwa, Salah satunya ‘Kipas Asmara’ Tamparan Bolak-balik

- 3 November 2021, 13:17 WIB
Akumni UNS menulis pengalamannya mengikuti Diklatsar Menwa di akun tweeter (tweeter@Novaria Putri Yudianti)
Akumni UNS menulis pengalamannya mengikuti Diklatsar Menwa di akun tweeter (tweeter@Novaria Putri Yudianti) /tweeter@Novaria Putri Yudianti

WNC-SOLO- Kasus meninggalnya Gilang Endi Saputra, peserta diklatsar (pendidikan latihan dasar) Resimen Mahasiswa (Menwa) UNS, masih menjadi perbincangan publik. Salah satu alumni UNS, Novaria Putri Yudianti mengungkap kasus serupa lewat akun twitternya.

Kata dia, kasus Gilang bukanlah pertama di Diklatsar Menwa UNS. Kejadian serupa dialami salah satu rekan seangkatannya, Rochim Haritsah asal Klaten, tahun 2013 silam. Diduga meninggal lantaran kekerasan fisik seniornya.

 “Tapi gak ada tindak lanjut ke ranah hukum karena keluarga sudah mengikhlaskan dan pihak kampus minta diselesaikan secara kekeluargaan tanpa ribut2. Semua pihak diminta bungkam supaya gak tercium media.” Katanya, dilansir WNC dari akun tweeter @novaria putri, Sabtu (30/10/2021)

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Berunjuk Rasa Tuntut Pembubaran Menwa

Novaria Putri menyampaikan pengalamannya saat mengikuti Diklatsar. Minggu pertama masih santai, peserta bisa pulang karena pendidikan sampai sore aja. Panitia masih kalem, hukuman sebatas latihan fisik. Namun minggu kedua Diklat Menwa mulai kelihatan aslinya.

“Waktu pertama kali ditampar rasanya spechless kayak gak nyangka ternyata bakalan ada tindak kekerasan. Kekerasan yang aku alami di minggu kedua, ditampar berkali2 dan dipopor senjata.” Tulis Novaria di akunnya

Tamparan dan pukulan itu punya sebutan tersendiri. Kata Nova, ada banyak istilah penyiksaan dalam kegiatan Diksar Menwa tetapi dia sudah lupa.

“Banyak istilah, yang saya ingat ada beberapa, diantaranya ditampar bolak balik namanya Kipas Asmara. Berasa habis pake blush on medok klo kena hukuman ini.” Jelas Nova.

Baca Juga: Ormawa Menwa Resmi Dibekukan, Buntut Panjang Kematian Mahasiswa UNS

Hukuman dengan popor senjata, namanya ranting jatuh. Menurut Novaria, itu istilah untuk meyebut bagian popor replika senjata terbuat dari kayu dijatuhkan (dipukulkan) ke kepala.

“Ditinju, namanya extra joss. Kalo cowok lebih parah, sampe ditendang dan ditinju muka. Lihat wajah teman2 cowokku bengep, trus ada yang sudut bibirnya sobek gak sembuh2 karena sering dipukuli di tempat sama,” ungkap Novaria.

Selama penggemblengan, peserta juga harus bisa push up dengan tangan menggenggam. Menurut Novaria, posisi push up biasa tapi tangan dikepalkan.

“Sounds easy tapi bayangin itu push up nya di kondisi aspal siang2 kena panas. Bagian buku2 jari  sampe berdarah2.” Katanya.

Baca Juga: Mahasiswa UNS Tewas Saat Ikuti Diklat Menwa, Pihak Kampus dan Keluarga Menyerahkan ke Polisi

Itupun seniornya masih bisa bercanda. Klo diklat belum dapat "cincin" (bekas luka di buku2 jari) maka perlu diulangin (anjir).

“Temanku ada yg sampe tangannya bernanah2 karena bolak balik dipake push up menggenggam. Luka belum kering masih ditambahin lagi.” Lanjut Novaria.

Diketahui, Menwa sendiri merupakan salah satu kekuatan sipil, dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan (Sishankamrata) saat negara terdesak dan mendapat ancaman.

Menwa juga salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan militer (unsur mahasiswa). Markas komando satuan Menwa bertempat di perguruan tinggi di kesatuan masing-masing yang anggotanya adalah mahasiswa atau mahasiswi yang berkedudukan di kampus tersebut.

Menwa merupakan komponen cadangan pertahanan negara, diberikan pelatihan ilmu militer seperti penggunaan senjata, taktik pertempuran, survival, terjun payung, bela diri militer, senam militer, penyamaran, navigasi dan sebagainya. (ewa/***)

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: Tweeter


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah