Festival Lima Gunung Menyapa Alam Mencari Panggung Baru di Tengah Pandemi Korona

- 12 Oktober 2021, 16:52 WIB
Gelaran Festival Lima Gunung(FLG) XX sesi lima, menampilkan kolaborasi tari Peradaban Desa di tengah perladangan kawasan lereng Gunung Andhong Dusun Mantran, Girirejo, Ngablak, Magelang, Jateng, Minggu (10/10/2021) Foto : Antara
Gelaran Festival Lima Gunung(FLG) XX sesi lima, menampilkan kolaborasi tari Peradaban Desa di tengah perladangan kawasan lereng Gunung Andhong Dusun Mantran, Girirejo, Ngablak, Magelang, Jateng, Minggu (10/10/2021) Foto : Antara /

WNC-MAGELANG- Festival Lima Gunung (FLG) XX/2021 putaran kelima digelar kalangan seniman petani di lahan pertanian hortikultura kawasan Gunung Andong, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (10/10/2021) Acara tahunan ini melibatkan sekitar 50 seniman dusun setempat.

Para seniman memulai rangkaian arak-arakan melewati jalan desa Ngablak-Grabag hingga tempat pergelaran di lahan sayuran dengan latar belakang Gunung Andong. Seorang penunggang kuda dalam arak-arakan berjalan diiringi para penari jaran kepang.

Dikutip WNC dari Kantor Berita Antara, dalam festival kelima di Dusun Mantran Wetan, para seniman selain melakukan performa seni, juga menyuguhkan tembang jawa dan kidung doa. Penyair KLG Haris Kertorahardjo membaca puisi karyanya "Matematika Air Desa" diiringi gamelan Sanggar Andong Jinawi.

Kades Girirejo Slamet Riyadi mengatakan Festival Lima Gunung bisa menjadi inspirasi kehidupan dalam berbagai situasi, termasuk pandemi Covid-19. Ia menyebut semangat berkesenian tetap hidup, karena nilai-nilai seni mewujudkan keberamaan warga yang guyup rukun dan gotong royong.

Kalangan seniman sendiri mengaku menghadapi kesulitan menggelar festival tahunan mereka. Karena situasi pandemi saat ini riskan penularan COVID-19 jika terjadi kerumunan massa. Mereka berpatokan, jangan sampai komunitas seniman petani kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh itu, menorehkan catatan sebagai klaster baru penularan virus corona.

Diketahui, Festival Lima Gunung selama ini digelar komunitas secara mandiri, mengandalkan modal sosial, budaya, ekonomi warga dusun. Mereka menggelar kegiatan tahunan tersebut tanpa meminta-minta sumbangan sponsor, pengusaha, dan pemerintah.

Tahun ini, Komunitas Lima Gunung menyelenggarakan festival ke-20 dengan tema besar "Peradaban Desa". Dalam dua tahun terakhir, mereka menempuh jalan tak mudah menggelar festival bukan karena pendanaan, namun karena harus mengelolanya dengan cermat dan bersiasat agar tidak menimbulkan penularan virus.

Komunitas berharap tradisi berfestival menjadi catatan memori ketangguhan seniman berbasis pertanian, sebagaimana masyarakat dusun dan gunung yang tangguh berkerabat dengan pertanian, lingkungan, dan alamnya dalam berbagai situasi.

"Kami tidak ingin pagebluk, tetapi karena COVID-19, muncul karya baru, pikiran baru. Festival kita menjadi tidak monoton. Kita menyapa alam mencari panggung pementasan menjadi karya baru, tontonan baru, pemandangan baru, format kesenian baru," kata salah satu tokoh utama Komunitas Lima Gunung Sitras Anjilin. (ewa/***)

Editor: Dwi Soewanto

Sumber: ANTARA


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah